Kopma GPI: Atika Diminta Jangan Bermanuver dan Kekanak-kanakan.
Panyabungan / sindonews86.com
Keberadaan Tim Investigasi Pemkab Madina terus menuai sorotan publik. Pasalnya kinerja tim yang diketuai Atika Azmi Utammi tsb dinilai tidak kredibel dan kerap memunculkan statement berlebihan dan memantik kontroversi.
Korps Pelajar dan Mahasiswa (Kopma) Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kab Madina mengingatkan agar Atika Azmi berhati-hati dalam mengeluarkan statement di depan publik dan jangan asal bicara yang terkesan asbun. “Atika kita minta untuk bisa realistis dan proporsional. Jangan bermanuver tidak sehat dan bersikap kekanak-kanakan. Atika jangan sekadar cuap-cuap macam orang linglung, tanpa data/fakta yang ril’ tegas Ketua Kopma GPI Kab Madina Ahmad Farisi Daulay kepada pers ketika dimintai tanggapannya terkait statemen Wakil Bupati sebagaimana dilansir sejumlah media, baru-baru ini.
Farisi menyebutkan,
komentar Atika yang terkesan mendiskreditkan masyarakat dengan tudingan bahwa publik tidak memahami ruang lingkup tugas Tim Investigasi adalah statement “ngawur” dan tidak berdasar.
“Memang kapan Atika pernah menjelaskan kepada publik tupoksi dari Tim yang dia pimpin. Apa dasar hukum pembentukan Tim ini? SK nya darimana? Kapan dibentuk? Siapa-siapa anggotanya? Masa kerja Tim ini sampai kapan? Apakah memakai APBD? Sederet pertanyaan lain, masih menghinggapi publik. Dan masyarakat pun sama sekali tidak pernah dikasih tau oleh Atika, apa fungsi dan tugas Tim ini. Hal ini cukup membuat kita terbahak dengan ocehan Atika yang tak berkelas ini” ujar mahasiswa UIN Syahada Padangsidimpuan ini.
Seharusnya pasca kejadian 6 Maret 2022, Atika harus secara instensif mensosialisasikan keberadaan Tim ini ke publik dan menjelaskan struktur tim, tupoksi dan langkah-langkah yang telah, sedang dan akan mereka lakukan, dan apa hasil tim investigasi terkait insiden berulang di PT SMGP.
“Kita hakkul yakin, publik pun hanya tau hanya nama Atika seorang sebagai Ketua Tim. Terkait nama anggota-anggota Tim, kinerjanya seperti model apa, kapan turun investigasi dll tak pernah terpublikasi oleh publik. Keberadaan Tim ini sangat tertutup, misterius dan tak bekerja maksimal” ujarnya.
Publik pun baru tau keberadaan Tim Investigasi ini, saat Atika mengekspos ke publik terkait 14 poin rekomendasi kepada PT SMGP, yang semua point’ tsb kesannya bisa dikerjakan di atas meja dan terkesan ‘copy paste’ dari hasil investigasi EBTKE, bukan hasil investigasi di lapangan.
Ditambahkan, keberadaan Tim Investigasi ini pun baru tiba-tiba ‘nongol’ akibat derasnya statement dari berbagai elemen masyarakat yang mempertanyakan kehadiran dan keseriusan Tim tsb untuk segera muncul memaparkan hasil investigasi pasca insiden berulang di PT SMGP
Menurutnya, sangat lumrah kinerja Tim yang dipimpin Atika wajar dipertanyakan publik sebagai bentuk implementasi akuntabilitas dan transparansi. “Bukankah Atika yang sering teriak bahwa era transparansi telah dimulai di Madina. Kenapa sekarang dia merasa ‘kebakaran jenggot’ dan seolah merasa dizalimi. Apakah Atika merasa ini ibarat “senjata makan tuan. Apa wujud transparansi dari tim ini?” ujar Ketua Komisariat IMMAN (Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal) UIN Syahada ini.
Terkait simpang siurnya asumsi masyarakat tentang keberadaan Tim Investigasi ini, menurutnya adalah hal yang wajar sebagai konsekwensi dari kinerja Tim yang dinilai ‘simpang siur’, tidak profesional dan tidak transparan.
“Kita minta Atika jangan mencari alasan klasik untuk menutupi lemahnya kinerja dari Tim Investigasi ini. Kalau memang profesional, segera publikasikan apa hasil investigasi dari Tim tsb. Sampai saat ini, hasil Tim tsb masih nol. Fakta yang ada hanyalah pembelaan diri secara sepihak, pengaburan makna investigasi dengan point rekomendasi. Kita geli melihat kejanggalan tim ini, dan menabrak kaedah keilmuan dan aturan yang baku. Sudah tak ada hasil investigasi, tiba-tiba bisa mencuatkan 14 point’ rekomendasi? Jadi apa dasar pemikiran keluarnya point rekomendasi tsb? Tanya Farisi penuh heran.
Atika juga menurut Farisi, sangat lihai dengan beragam jurus untuk mengelak dari tanggungjawab dengan menyatakan bahwa Tim Investigasi yang dia pimpin hanyalah bekerja pada tataran administratif dan dampak sosial. ‘Apakah hal ini pernah dijelaskan sebelumnya oleh Atika tentang ruang lingkup Tim tsb. Ini hanyalah trik tidak mendidik untuk pengelabuan publik. Pantaslah kita ragu, apakah Atika mengerti makna dari kata Investigasi itu secara redaksi dan substantif? imbuhnya.
Dengan tidak jelasnya kinerja tim investigasi ini, analisa Farisi yang aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) ini sangat wajar melahirkan praduga dan asumsi liar ditengah masyarakat, apalagi dengan issue miring bahwa tim ini hanya manuver menaikkan posisi tawar (bargaining), menauk di air keruh untuk kelompok kepentingan (vested interest) dan mengambil ‘kesempatan’ di dalam ‘kesempitan’, apalagi dengan issue besi tua dan bisnis lainnya yang harus segera ditepis oleh Tim.
Pada bagian lain, pihaknya juga mempertanyakan keberadaan Tim Evaluasi dan Pengawasan Operasional PT SMGP yg dibentuk pada 09 Juni 2022 oleh Bupati Madina.
“Ini tim apalagi? Sudah ada Tim Investigasi, tapi ada lagi Tim tambahan bernama Tim Evaluasi. Apakah ini tim yang berbeda atau sama dengan Tim yang diketuai oleh Atika? Atau beliau ini rakus memimpin dua tim strategis yang sama dalam waktu bersamaan” tegasnya
Namun Farisi tidak mau berpolemik, terlepas dari kontroversi nama dan nomenklatur. Apakah Tim Investigasi atau Tim Evaluasi, namun publik sangat menunggu hasil investigasi dan temuan lapangan dari Tim yg diketuai oleh Wabup tsb.
“Bila tak ingin dicap tidak bekerja, publik hanya meminta segera publikasikan hasil tim investigasi atau tim evaluasi tsb secara transparan. Jangan berkedok dengan alasan yang tak dinalar publik dengan point’ rekomendasi” tutupnya.
(H.Nasution)